ABSTRAK
Rivai RR,
Damayanti F, Handayani M. 2015. Pengembangan potensi biji karet (Hevea
brasiliensis) sebagai bahan pangan
alternatif di Bengkulu Utara. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 343-346.
Sumatera merupakan salah satu wilayah sentra karet di Indonesia, termasuk Provinsi Bengkulu. Biji karet sebagai bahan
pangan belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat, padahal setiap tanaman karet mampu
menghasilkan biji sekitar 0,8-1,2 ton/ ha/ tahun (untuk tanaman dengan usia
lebih dari 4 tahun). Biji karet memiliki
proporsi bagian yang dapat dikonsumsi sekitar 57%. Selain itu, biji karet
memiliki kandungan gizi khususnya protein yang tinggi. Kandungan asam sianida (HCN) yang terdapat dalam biji
karet menjadi salah satu kendala masyarakat untuk mengolah panganan yang berasal dari biji karet. Oleh
karena itu, tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait proses
pengolahan biji karet yang aman
untuk dikonsumsi. Kegiatan dilaksanakan di Kecamatan Giri Mulya, Kabupaten
Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Perendaman dan perebusan terbukti dapat mereduksi kandungan asam sianida
yang terdapat dalam biji karet. Biji karet yang telah aman dikonsumsi dapat dijadikan berbagai panganan
seperti keripik, tempeyek, dan isi dadar gulung.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkebunan
karet hampir menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Sumatera dan Kalimantan
merupakan wilayah dengan luas lahan dan produksi karet tertinggi di Indonesia, termasuk
Provinsi Bengkulu. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM
2014), luas lahan perkebunan karet di Bengkulu pada tahun 2013 adalah 114.538
ha dengan potensi produksi 87.461 ton getah karet. Kabupaten Begkulu Utara
merupakan tiga dari sepuluh kabupaten yang memiliki perkebunan karet terluas di
Provinsi Bengkulu. Total luas lahan perkebunan karet di Kabupaten Bengkulu
Utara adalah 10.349 ha yang terdiri atas 2.923 ha tanaman belum menghasilkan
(TBM), 6.825 ha tanaman menghasilkan (TM) dan 601 ha tanaman tidak menghasilkan
(TTM). Potensi produksi getah karet di Kabupaten Bengkulu Utara adalah 9.335
ton. Selain menghasilkan getah, tanaman karet menghasilkan biji. Hanya sekitar
20% biji karet yang digunakan sebagai benih. Biji karet memiliki kandungan gizi
terutama protein yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan (Eka et
al. 2010). Pemanfaatan biji karet sebagai bahan pangan belum optimal digunakan.
Melimpahnya biji karet di Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu modal untuk
meningkatkan industri pangan kreatif di kabupaten tersebut. Salah satu kendala
kurang optimalnya pemanfaatan biji karet sebagai bahan pangan adalah adanya asam
sianida (HCN) yang terkandung dalam biji karet. Penelitian terkait teknik
reduksi HCN telah dilakukan sebelumnya (Ukpebor et al. 2007; Eka et al. 2010;
Salimon et al. 2012; Rivai dan Herwitarahman 2014). Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk memberikan informasi terkait proses pengolahan biji karet yang
aman dikonsumsi serta mendapatkan produk akhir panganan yang berbahan baku biji
karet.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam karya tulis ini adalah
1. Apa
pengertian dari biji karet ?
2. Bagaimana
teknik reduksi asam sianida HCN ?
3. Apa
saja produk produk pangan biji karet ?
4. Apa
saja zat yang terkandung dalam biji karet tsb?
5. Bagai
mana cara membuat biji karet sebagai bahan pangan alternatif?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam karya
tulis ini adalah :
1. Mengetahui
tentang biji karet
2. Mengetahui
teknik reduksinya
3. Mengetahui
produk produk pangan dari biji karet
4. Mengetahui
zat kimia dalam biji karet
5. Mengetahui
proses membuat kue dari biji karet
D Manfaat Penulisan
1. Memberikan
informasi tentang biji karet sebagai sumber bahan makanan
2. Memberikan
informasi tentang zat zat yng terkandung dalam tumbuhan biji karet
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
indonesia merupakan
salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Indonesia mempunyai total
area perkebunan karet mencapai 3 juta ha, namun ekspor karet Indonesia jauh
lebih rendah dibandingkan dengan negara - negara tetangga seperti Thailand dan
Malaysia (Siregar,2010)
Klasifikasi tumbuhan karet
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Malpighiales
Family :
Euphorbiaceae
Subfamily :
Crotonoideae
Tribe :Micrandreae
Subtribe :
Heveinae
Genus :
Hevea
Spesies :
Hevea brasiliensis Mull.Arg
Selama ini biji karet hampir tidak mempunyai nilai ekonomis dan hanya
dimanfaatkan sebagai benih generatif pohon karet. Selebihnya biji karet
tersebut terbuang sia-sia, padahal biji karet memiliki kandungan karbohidrat
15,9%; protein 27%; lemak 32,3% dan abu 3,96% (Ly J.et al, 2001). Kandungan gizi dalam biji karet cukup tinggi.
Namun, ada kendala dalam pemanfaatan biji karet tersebut sebagai bahan
makanan, yaitu adanya linamarin yang terkandung dalam biji karet.
Linamarin merupakan racun, yang bila terhidrolisis
akan menghasilkan asam sianida (HCN) yang membuat biji karet berbahaya
apabila dikonsumsi. Gejala keracunan sianida antara lain meliputi
penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus
berat dapat menimbulkan kematian. Jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh
melebihi 1 mg per
kilogram berat badan per hari (Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM,
2010).
Asam
sianida terbentuk secara enzimatis dari dua senyawa prekursor (bakal racun),
yaitu linamarin dan metil linamarin. Kedua senyawa ini kontak dengan enzim
linamarase dan oksigen dari udara yang merombaknya menjadi glukosa, aseton dan
asam sianida. Asam sianida mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap, oleh
karena itu untuk menurunkan atau mengurangi kadar asam sianida dapat dilakukan
dengan pencucian atau perendaman karena asam sianida akan larut dan ikut
terbuang dengan air (Cereda and Mattos, 1996).
Linamarin jika
terhidrolisis akan membentuk asam sianida (HCN) yang mempunyai sifat mudah
larut dan mudah menguap, sehingga kadar linamarin dapat diturunkan melalui
proses perendaman dan perebusan. Dalam proses perendaman, linamarin akan
terhidrolisis (bereaksi dengan air) dan membentuk HCN yang larut dalam air. Hal
ini menyebabkan semakin lama waktu perendaman, akan semakin banyak HCN
yang larut dalam air dan terbuang. Asam sianida memiliki titik didih 25,6 C pada tekanan udara lingkungan, sehingga
pada suhu ruang pun asam sianida akan mudah menguap. Namun karena asam sianida
hanya akan terbentuk jika linamarin bereaksi dengan air, maka diperlukan
perebusan agar HCN dapat segera menguap. Dengan demikian, semakin lama
waktu perebusan, maka semakin banyak pula HCN yang menguap
jumlah konsumsi biji karet yang diijinkan untuk tiap
orang berbeda, tergantung dari berat badannya. Batas kadar linamarin yang aman
dikonsumsi tidak boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari.
Misalnya, untuk seseorang yang mempunyai berat badan 60 kg, maka kadar
linamarin yang aman dikonsumsi maksimum sebesar 60 mg per hari. Bila kadar
linamarin dalam biji karet mentah sebesar 3,5549 mg/50 g biji karet, maka orang
tersebut masih diijinkan mengonsumsi biji karet mentah sebanyak 8,5 ons per
hari. Bila biji karet direndam selama 1 hari dan direbus 1,5 jam, maka biji
karet dapat dikonsumsi hingga maksimal 2,1 kg per hari (Ardiana,2011)
Tabel 1. Analisis proksimat tepung biji karet dan
beberapa kandungan kimia (100 g berat kering)
Kandungan
Proksimat
|
Kandungan %
|
Air (%) 3,6
Abu (%) 3,4
Protein (%)
27,0
Lemak (%) 32,3
BETN (%)
33.7
Tiamin (µg) 450,0
Asam
nikotinat (µg) 2,5
Akroten dan
Tokoferol (µg)
250,0
Sianida (mg) 330,0
Sumber:
Murni et al
. (2008)
BAB
III
METODOLOGI
Tempat
dan waktu
Penelitian
dilakukan di Kecamatan Giri Mulya, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2012.
Bahan
dan alat
Bahan
utama yang digunakan adalah biji karet sapuan yang didapat dari perkebunan
rakyat Desa Giri Mulya, Kecamatan Giri Mulya, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi
Bengkulu.
Cara kerja
Studi Pustaka
Informasi
mengenai teknik reduksi asam sianida (HCN) yang terkandung dalam biji karet
beserta rincian kandungan nilai gizinya didapatkan dari studi pustaka. Informasi
tersebut digunakan sebagai referensi dalam proses pengolahan biji karet agar
aman untuk dikonsumsi.
Seleksi dan
ekstraksi biji karet
Penyortiran
dilakukan untuk mendapatkan biji karet yang layak untuk diolah lebih lanjut
sebagai bahan dasar panganan. Biji karet yang berkualitas tinggi ditandai dengan
memantulnya biji karet ketika dijatuhkan. Ekstraksi biji karet dilakukan dengan
tujuan memisahkan kulit biji yang keras dengan daging bijinya. Proses ekstraksi
menggunakan alat bantu palu atau batu.
Proses reduksi HCN
Proses
reduksi HCN dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya serta
informasi dari pustaka yang diperoleh. Perebusan biji karet selama 15 menit dilanjutkan
dengan perendaman dalam air selama 24 jam dan penggantian air rendaman setiap 6
jam digunakan sebagai metode reduksi HCN pada penelitian ini.
Pengolahan biji karet
sebagai panganan alternatif
Biji
karet yang telah melewati proses reduksi HCN, diolah lebih lanjut sebagai
panganan alternatif seperti keripik biji karet, tempeyek biji karet dan dadar
gulung isi biji karet Analisis data Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan metode deskriptif.
BAB 1V
HASIL
Biji karet sebagai bahan pangan
Gambar 1. Proses
reduksi asam sianida (HCN) pada biji karet. A. Biji karet utuh; B. Biji karet
tanpa kulit keras; C. Biji karet dibagi dua secara vertikal; D. Perebusan
selama 15 menit; E. Perendaman air selama 24 jam (air diganti setiap 6 jam).
Gambar 2. Panganan
berbahan dasar biji karet. A. Proses pengeringan biji karet untuk keripik; B.
Adonan tempeyek biji karet; C. Tempeyek biji karet; D. Isi dadar gulung; E.
Kulit dadar gulung; F. Dadar gulung isi biji karet.
BAB
V
PEMBAHASAN
1. Pengertian
biji karet berdasarkan nilai gizinya sebagai bahan pangan
Kabupaten Bengkulu
Utara terletak di 2015-40 LS dan 1020 32-1020 8 BT. Luas perkebunan karet di
Bengkulu Utara adalah 6.825 ha tanaman menghasilkan (TM). Menurut Eka et al.
(2010) tanaman karet yang produktif dapat menghasilkan 0,8-1,2 ton/ha/tahun.
Biji karet memiliki proporsi bagian yang dapat dikonsumsi sekitar 57%. Sehingga
Kabupaten Bengkulu Utara memiliki potensi biji karet yang dapat dikonsumsi
sekitar 3.112- 4.668 ton/ tahun. Kandungan gizi yang terdapat dalam biji karet
telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya. Tabel 1. menunjukkan hasil
uji proksimat biji karet yang telah dilakukan Eka et al. (2010). Selain itu,
biji karet memiliki kandungan asam sianida (HCN) yang dalam kadar tinggi dapat
membahayakan kesehatan manusia. Sehingga perlu dilakukan proses reduksi HCN
pada biji karet sebelum diolah menjadi bahan baku pangan.
Tabel 1. Hasil
uji proksimat biji karet (Sumber: Eka et al. 2010)
Kandungan gizi Kadar (g/100g)
Protein 17,41 ± 0,01
Karbohidrat 6,99 ±
0,01
Abu 3,08
± 0,01
Lemak 68,53
± 0,04
2. Teknik
reduksi asam sianida (HCN)
Teknik reduksi asam
sianida pada biji karet merujuk pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rivai
dan Herwitarahman (2014). Biji karet yang telah dikumpulkan dari perkebunan
rakyat, diseleksi terlebih dahulu. Proses penyeleksian dengan cara menjatuhkan
biji karet ke lantai, biji karet yang memantul dipilih untuk proses
selanjutnya. Ektraksi biji karet menggunakan alat bantu berupa palu atau batu.
Biji karet yang telah terpisah dengan kulitnya,
dibagi dua secara
vertikal. Biji karet direbus dalam air mendidih (± 1000C) selama 15 menit
dilanjutkan dengan perendaman dalam air selama 24 jam dan penggantian air rendaman
setiap 6 jam (Gambar 1.). Teknik ini dapat mereduksi kadar HCN sehingga aman
untuk dikonsumsi manusia (HCN < 3 mg/kg). Teknik reduksi HCN pada biji karet
dapat juga melalui beberapa metode. Pemanasan merupakan salah satu cara untuk
menurunkan kadar HCN pada biji karet (Salimon et al. 2012). Ukpebor et al.
(2007) melaporkan bahwa dengan adanya tambahan miselium cendawan Pleurotus
tubberagium pada bubur biji karet, terbukti dapat menurunkan kadar HCN pada
makanan tersebut. Selain pada biji karet, Nebiyu dan Getachew (2011) melakukan penelitian
terkait teknik reduksi HCN pada ketela pohon (Mannihot esculenta).
Perendaman umbi ketela pohon selama 24 jam terbukti dapat menurunkan kadar HCN
pada umbi tersebut. Berbeda halnya denga Ugwu dan Oranye (2006) yang
membuktikan bahwa kadar HCN menurun pada Treculia Africana dengan
perlakuan perendaman dalam air selama 2 jam. Biji karet yang telah direduksi
kadar HCNnya dan aman dikonsumsi, selanjutnya dapat diolah menjadi beberapa
panganan alternatif seperti keripik biji karet, tempeyek biji karet dan dadar
gulung isi biji karet.
3,
Produk-produk pangan dari biji karet
Kerpik
Bahan-bahan
yang diperlukan dalam pembuatan keripik biji karet adalah 250 g biji karet yang
telah direduksi kadar HCNnya, ½ l minyak goreng, garam sebanyak 1 sendok teh
dan 1 bungkus (10 g) perisa makanan. Daging biji karet yang telah dibagi dua
secara vertikal, ditata dan dijemur di bawah matahari langsung selama satu hari
sampai kadar airnya berkurang (Gambar 2a). Biji karet tersebut digoreng dalam
minyak panas. Setelah matang, biji karet ditiriskan dan ditaburi campuran garam
dan perisa makanan. Keripik biji karet yang telah dingin, dibungkus dalam
kemasan dan diberi label.
Tempeyek
Tempeyek
biji karet berbahan baku campuran antara biji karet dan tepung terigu.
Bahan-bahan yang diperlukan antara lain 250 g biji karet yang telah direduksi
HCNnya, 125 g tepung terigu, ½ l minyak goreng, 150 g cabai merah, 4 siung
bawang merah, 2 siung bawang putih, 150 ml air, garam sebanyak ½ sendok teh dan
5 g perisa makanan. Daging biji karet ditumbuk menggunakan ulekan dan disimpan
di atas piring. Sambal sebagai bumbu tempeyek yang terdiri atas bawang merah,
bawang putih, cabai, garam dan perisa makanan ditumbuk halus menggunakan ulekan
serta disimpan sepiring dengan biji karet (Gambar 2b). Sambal dan biji karet
diaduk dan dicampur dengan tepung terigu serta air. Adonan digoreng setiap satu
sendok sayur dalam minyak goreng yang telah
dipanaskan. Tempeyek
biji karet yang telah matang ditiriskan. Setelah dingin, tempeyek biji karet
dibungkus dalam kemasan dan diberi label (Gambar 2c).
Dadar gulung
Pembuatan dadar gulung
isi biji karet terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama yaitu pembuatan isi
dadar gulung, bahan-bahannya terdiri atas 250 g biji karet yang telah ditumbuk
halus, 50 g gula merah diiris halus, garam sebanyak ¼ sendok teh , 75 ml air
dan 1 helai daun pandan. Air dididihkan, biji karet, gula merah, garam dan daun
pandan dicampurkan dalam air yang sedang mendidih. Adonan isi dadar gulung
diaduk selama 10 menit, setelah matang ditiriskan dan disimpan di atas piring
(Gambar 2d). Tahap kedua yaitu pembuatan kulit dadar gulung, bahanbahannya terdiri
atas 75 g tepung terigu, 1 butir telur ayam, 175 ml air santan dari ¼ buah
kelapa, 25 ml air ekstrak daun suji dan garam sebanyak ¼ sendok teh. Semua
bahan diaduk dan dikocok rata. Wajan dipanaskan adonan kulit dadar gulung dimasukkan
setiap satu sendok sayur ke dalam wajan yang telah dipanaskan. Kulit dadar
gulung ditiriskan dan disimpan di atas piring (Gambar 2e). Tahap ketiga yaitu
penggabungan isi dan kulit dadar gulung. Isi dadar gulung sebanyak satu sendok
makan dimasukkan dan dibungkus ke dalam setiap kulit dadar gulung. Setelah semua
isi dan kulit dadar gulung digabungkan, dadar gulung isi biji karet dibungkus
dalam kemasan dan diberi label (Gambar 2f).
Pemanfaatan
biji karet sebagai bahan pangan telah diteliti oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Obewele et al. (2010) memanfaatkan biji karet sebagai minyak sayur.
Setapar et al. (2013) menambahkan bahwa terdapat kandungan omega-3 pada minyak
biji karet. Kusnanto et al. (2013) memanfaatkan biji karet sebagai bahan baku
tempe. Muthusamy et al. (2014) selain memanfaatkan daging biji karet sebagai
bahan pangan, kulit keras biji karet yang biasanya dibuang dapat dimanfaatkan
sebagai tambahan bahan bangunan. Perebusan biji karet selama 15 menit dan merendamnya
dalam air selama 24 jam (penggantian air rendaman setiap 6 jam) terbukti dapat
menurunkan kadar asam sianida (HCN) pada biji karet. Biji karet yang telah aman
dikonsumsi dapat dijadikan bahan baku pembuatan keripik biji karet, tempeyek
biji karet dan dadar gulung isi biji karet.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan tumbuhan
karet adalah tumbuhan yang menghasilkan
getah dan selain itu tumbuhan tsb dapat menghasil kan biji yang melimpah yang dapat
berpotensi tinggi dalam pembuatan atau pengolahan sebagai bahan pangan alternatif.
Meskipun nilai ekonomis nya rendah sekarang tapi setidaknya kita dapat
memanfaatkan biji karet sebagai sumber makanan sehari hari.
B.
Saran
Sebaiknya
jika ingin membuat kue dari biji karet diharus kan untuk merebus dan merendam
terlebih dahulu , agar zat kimia yang beracun (HCN) Tidak masuk kedalam tubuh
kita, sehingga aman untuk dikonsumsi bagi masyarakat semuanya.
DAFTAR PUSTAKA
BKPM (Badan Koordinasi Penanaman
Modal) Indonesia. 2014. Potensi
karet
di Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara.
=17&ic=4.
Ebewele RO, Iyayi AF, Hymore FK.
2010. Deacidification of high acidic
rubber
seed oil by reesterification with glycerol. Int J Physic Sci 5 (6):
841-846.
Eka HD, Aris T, Nadiah WA. 2010.
Potential use of Malaysian rubber
(Hevea
brasiliensis) seed as food, feed and biofuel. Int Food Res J 17
(1):
527-534.
Kusnanto F, Sutanto A, Mulyani HRA.
2013. Pengaruh waktu fermentasi
terhadap
kadar protein dan daya terima tempe dari biji karet (Hevea
brasiliensis) sebagai
sumber belajar biologi sma pada materi
bioteknologi
pangan. Bioedukasi 4 (1): 21-27.
Muthusamy K, Nordin N, Vesupateran
G, Ali M, Annual NAM, Harun H,
Ulap
H. 2014. Exploratory study of rubber seed shell as partial coarse
aggregate
replacement in concrete. Res J Appl Sci Eng Technol 7 (6):
ebiyu A, Getachew E. 2011. Soaking
and drying of cassava roots
reduced
cyanogenic potential of three cassava varieties at jimma
southwest
Ethiopia. African J Biotechnol 6 (2): 13465-13469.
Rivai RR, Herwitarahman A. 2014.
Reduction technique of hydrogen
cyanide
(HCN) within rubber (Hevea brasiliensis) seed to increase
diversivication
of plant-based protein sources. J Halal Sci.
Salimon J, Abdullah BM, Salih N.
2012. Rubber (Hevea brasiliensis) seed
oil
toxicity effect and linamarin compound analysis. Lipids Health
Dis
11 (1): 74-82.
Setapar SHM, Yian LN, Kamarudin WNW,
Idham Z, Norfahana AT.
2013.
Omega-3 emulsion of rubber (Hevea brasiliensis) seed oil. Agri
Sci
4 (5B): 84-89.
Ugwu FM, Oranye NA. 2006. Effects of
some processing methods on the
toxic
components of African breadfruit (Treculia africana). African J
Biotechnol
5 (2): 2329-2333.
Ukpebor JE, Ekpaja EO, Ukpebor EE,
Egharevba O, Evedue E. 2007.
Effect
of the edible mushroom, Pleurotus tubberegium on the cyanide
level
and nutritional contents of rubber seed cake. Pakistan J Nutri 6 (6): 534-537.